Pages

Sunday, November 13, 2011

GAMBAR SEKITAR KONVENSYEN PENDIDIKAN GURU KEBANGSAAN
 DI A'FARMOSA, MELAKA





Thursday, November 3, 2011

 BERSAMA DENGAN PROF DR. IBRAHIM BAJUNID, SALAH SEORANG PANEL DALAM KONVENSYEN INI

 BERUSAHA MENJELASKAN INOVASI YANG SAYA CIPTA KEPADA PANEL PENILAI

MENERIMA ANUGERAH EMAS DALAM PERTANDINGAN INOVASI PERINGKAT KEBANGSAAN ANJURAN BPG, IPGM, KPM PADA 31 OKTOBER HINGGA 2 NOVEMBER 2011 DI MELAKA


Sunday, October 9, 2011

Hal-Hal yang Menghapuskan Dosa
oleh: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Di antara hikmah Allah SWT adalah bahwa Dia menjadikan nafsu Ammarah bissu’ bagi manusia sebagai musuh-musuh yang selalu menggodanya dan mendorongnya untuk melakukan dosa serta agar dosa itu menjadi enteng dalam pandangannya dan menjauhkannya dari kebaikan. Itulah kerja nafsu Ammarah bissu’, setan dan hawa nafsu.

Allah SWT berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي
“…karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku”.  (QS. Yusuf: 53)

Allah SWT berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (QS. Al-Nazi’at: 40-41)

Allah SWT berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (17)kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A’rof: 16-17.)

Allah SWT berfirman:         أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?. (QS. Al-Furqon: 43.)

Di antara wujud kasih sayang Allah SWT bagi para hamba -Nya adalah bahwa Dia menyiapkan bagi mereka perkara-perkara yang bisa menghapuskan dosa-dosa mereka dan menghilangkannya.

Semua perkara yang menghapuskan dosa-dosa ini dan menghilangkannya adalah perkataan, perbuatan yang disyari’atkan oleh Allah SWT di dalam kitab -Nya atau dengan lisan Rasul -Nya Muhammad saw:

Di antara perbuatan itu adalah:

Pertama: Beriman kepada Allah SWT, mentauhidkannya dan beramal shaleh.

Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 7)

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad Muhammad saw bersabda, “Pintu-pitu surga dibuka pada hari senin dan kamis, lalu Allah mengampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.

Kedua: Menjauhi dosa-dosa besar.

Allah SWT berfirman:
إِن تَجْتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلاً كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Al-Nisa’: 31)

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Shalat lima waktu, jum’at yang satu kepada jum’at yang lain, Ramadhan yang satu dengan ramadhan yang lain adalah penghapus dosa selama dosa-dosa besar dijauhi”.

Ketiga: Taubat yang benar-benar taubat.

Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah )membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya. (69)(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (70)kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqon: 68-70).

Keempat: Istigfar.

Allah SWT berfirman:
وَاسْتَغْفِرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا
dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Nisa’: 106)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Barangasiapa yang mengucapkan,
أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه
(Aku meminta ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri dan aku memohon taubat kepada -Nya). Maka dia akan diampuni dosa-dosanya sekalipun dia berlari dari peperangan”.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Dzar RA bahwa Nabi menceritakan tentang firman Tuhannya bahwa Dia berfirman: Wahai hambaKu sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa dan kesalahan baik pada waktu siang atau malam, dan Aku mengampuni semua dosa-dosamu, maka mintalah ampun kepadaKu niscaya Aku pasti mengampunimu”.

Kelima: Berwudhu’.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Humron, budak Utsman bin Affan RA berkata, “Aku memberikan Utsman air untuk berwudhu’ lalu dia berwudhu’ dengannya, kemudian dia berkata, “Sesungguhnya banyak masyarakat yang mempertanyakan sesuatu yang datangnya dari Rasulullah SAW namun aku tidak mengetahui dari manakah sumber hadits tersebut?.  Hanya saja aku pernah melihat Rasulullah Muhammad SAW berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian dia berkata, “Barangsiapa yang berwudhu’ dengan cara seperti ini maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju mesjid terhitung sebagai pahala tambahan baginya”.

Keenam: Shalat, berjalan menuju shalat.

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan terhadap sesuatu yang bisa menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?.  Para shahabat menjwab: “tentu, wahai Rasulullah!”. Beliau menjawab, “Menyempurnakan wudhu’ pada tempat-tempat anggota wudhu’, memperbanyak langkah menuju mesjid dan menunggu shalat setelah adzan, maka jagaan amalan tersebut (seperti pasukan yang menjaga perbatasan Negara)”.

Ketujuh: Bersedekah.

Allah SWT berfirman:
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (QS. Al-Baqarah: 271)

Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi di dalam kitab sunannya dari hadits riwayat Muazd bin Jabal RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidakkah aku menunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?. Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebgaimana air memadamkan api”.

Kedelapan: Haji dan Umroh.

Diriwayatkan oleh An-Nasa’I dari hadits  Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Laksanakanlah haji dan Umroh, sebab dia menghapuskan dosa-dosa, kesalahan sebagaimana pandai besi yang menghapuskan karatan besi”.
Kesembilan: Musibah yang menimpa.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata: Pada saat turunnya firman Allah SWT:                  مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (QS.  An-Nisa’: 132). Maka kaum muslimin merasakan kesulitan yang sangat tinggi, dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berbuatlah yang mendekati  kebenaran dan berbuatlah yang benar, maka pada setiap apapun yang  menimpa seorang muslim sebagai penghapus bagi dosa-dosanya, bahkan musibah yang menimpanya atau duri yang menusuknya (sebagai penghapus dosa baginya)”.
Kesepuluh: Beribadah pada malam-malam bulan Ramadhan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka dia akan diampuni dosa-dosa yang pernah lalu”. Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang bangkit untuk beribadah pada masa-masa Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka akan diampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

Sunday, September 11, 2011

Tuesday, August 30, 2011


REALITI  ATAU FANTASI. SELAMAT MENGHADAPI PEPERIKSAAN PERCUBAAN SPM

Salam lembaran buat semua insan yang menatap blog ini. Kehadiran anda suatu kekuatan dalam diri ini. Sepuluh jari disusun andai ada tersilap fakta, terkasar bahasa dan apa jua yang mencacatkan mata memandang. Semoga anda terus bersama saya. Ikhlas daripada Muhamad Ali

Saturday, August 27, 2011


HAYATI  MAKSUD KARTUN INI. ADAKAH  PERKARA INI REALITI PENDIDIKAN MASA KINI ?

Tuesday, August 9, 2011


IKHLAS DARIPADA MUHAMAD ALI BIN HARUN SEKELUARGA. MAAF LAMA TAK MUNCUL

Saturday, May 14, 2011


 Buat semua insan bergelar guru.........SELAMAT HARI GURU

Andai aku menjadi burung, akan ku terbang setinggi awan,
Andai aku menjadi kuda, akan ku lari sepantas kilat,
Andai aku menjadi  seorang murid, akan ku junjung budi dan jasamu guru hingga ke liang lahat.
Terima kasih kepada semua insan bergelar guru khususnya guru-guruku yang telah mendidikku sehingga menjadi sebahagian modal insan utama negara.
Tanpamu guru, tak mungkin aku berdiri gagah di persada ini

Saturday, May 7, 2011

Buat adik-adikku  di SMK Pasir Gudang 3
(Hayati dan fahami sajak ini untuk renungan kita bersama sempena majlis perpisahan saya)

Wahai adik-adikku,
Bila ku tiada lagi di sini,
Pandai-pandailah membawa diri,
Asal jangan mendabik dada,
Asal jangan lupa sempadan,
Agar selamat kemudian hari,

Ingatlah wahai adik-adikku,
Bahawa guru tetap guru,
Walau dimana kau berada,
Kerana mukamu muka guru,
 Senyummu senyum guru,
Matamu mata guru,
Dan hatimu hati guru.

Sesungguhnya kau dan aku adalah guru,
Kerana langkahmu dan langkahku adalah serupa,
Telatahmu telatah guru,
Dan marahmu marah guru.

Ingatlah,
Selagi kita dipangil guru,
Maka baju kita adalah baju guru,
Kata kita kata guru,
Dan cinta kita cinta guru.

Duhai adik-adikku,
Demi maruah profesion mulia ini,
Ku tinggalkan derap pengalaman dan ilmu,
Buat kau teruskan di bumi pg3 ini,
Kerana dirimu adalah diriku.


UCAPAN PERPISAHAN SEMPENA PERTUKARAN KE SMK PASIR GUDANG

Bismillahhirahman nirahim

Assalamualaikum w.b.k


Berhembus bayu angin mengilir,
Sejuknya sampai keujung pohon,
Sambutlah salam pesan terakhir,
Ku sampaikan lewat untaian pantun.

Bunga ros bunga berduri,
Dibuat pagar mengelilingi perigi,
Pantun ku karang melepas diri,
Entahkan bila berjumpa lagi.

Orang tua duduk di perigi,
Perigi tua letak di hujung pekan,
Saya pergi memohon diri,
Silap dan salah mohon dimaafkan.

Pair putih penuh rokan,
Menjadi tersohor di wupuk Barat,
Kalau terambil mahupun termakan,
Mohon dihalalkan dunia dan akhirat.

Dari aceh pergi ke Bentan,
Singah berlabuh di Kuala Pendas,
Selamat tinggal rakan dan taulan,
Kita berpisah kerana tugas.

Kalau tidak kerana unggas,
Tidaklah rusak padi di sawah,
Kalaulah tidak kerana tugas,
Tidaklah kita akan berpisah.

Asap api embun berderai,
Patah galah haluan perahu,
Niat hati tak mahu bercerai,
Kehendak Allah siapa tahu.

Budak-budak sedang sembahyang,
Waktu zuhur di  tengah hari,
Tinggal rakan  tinggalah sayang,
Pandai-pandai membawa diri.

Tanjung  Agas di Pulau  Bintan,
Tempat berlabuh  nelayan setempat,
Berpisah jauh bercerai badan,
Sahabat handai tetap kuingat.

Tasik Jintan  dalam di tengah,
Dikelilingi bukit puncaknya tiga,
Hancur badan dikandung tanah,
Budi kusanjung ku ingat juga.

Di sana padi di sini padi,
Itulah nama sawah dan bendang,
Disana budi disini budi,
Baru sempurna bernama orang.

Bunga kemboja  indah berseri,
Dudunya pula diujung dahan,
Atas kerjasama dan bantuan yang diberi,
Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan.

T uai padi antara masak,
Esok jangan layu-layuan;
Intai SAYA antara nampak,
 Esok jangan rindu-rinduan.

Buah pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Walau jauh di beribu batu,
Hilang di mata, di hati jangan.

Kalau ada sumur di ladang,
Boleh kita menumpang mandi,
Kalau ada umur yang panjang,
INSYA ALLAH kita berjumpa lagi.

Wednesday, March 16, 2011

BERSAMBUNG ....
CABARAN BAHASA MELAYU DALAM ERA GLOBALISASI

Masalah Pemakaian dan Keutamaan Bahasa Melayu

Dari segi bahasa, Bahasa Inggeris sudah nyata akan merubah cara berfikir dan juga cara bertindak di samping cara menimba ilmu serta jenis ilmu yang bakal ditimba. Akan wujud sekian ramai anak Melayu yang nanti berfikir dalam Bahasa Inggeris kemudian bercakap dalam Bahasa Melayu. Malah bermimpi dalam Bahasa Inggeris juga kebiasaan. Juga akan ada anak-anak masyarakat Cina dan India Malaysia yang bercakap dalam Bahasa Melayu dan berfikir dalam Bahasa Cina dan India. Sekarang pun kecenderungan ini sudah berlaku. Juga tidak dapat dinafikan Bahasa Mandarin dan Tamil akan beroleh tempat yang lebih signifikan melalui langkah-langkah pembudayaan bahasa mereka.

Oleh sebab bahasa perisian pada masa itu rata-rata Inggeris, Bahasa Melayu akan disadur banyak oleh terma-terma dan sintaksis Inggeris. Penutur Bahasa Melayu mesti bersedia untuk perubahan-perubahan ini. Mereka yang bersifat sebagai pengamal keaslian (purist) mungkin akan berduka kerana bahasa lama akan secara perlahan menghilang, struktur dan gaya baru pula akan muncul. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Kebangsaan dijamin di bawah Perkara 152 Perlembagaan Malaysia. Bahas Melayu juga bahasa rasmi Parlimen Malaysia. Status ini tidak perlu dipertikaikan lagi. Cuma kemajuan dan kepesatannya mungkin terjejas akibat dasar mengglobalkan Bahasa Inggeris dan bukan Bahasa Melayu.

Apabila ini berlaku, Bahasa Melayu tetap menyusul dari belakang kerana dari segi keutamaan global Bahasa Inggeris beroleh keutamaan. Peranan dan posisi Bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu dari sudut ini tidak akan meningkat tanpa peningkatan industri buku yang seharusnya diperjuangkan.Bahasa Melayu, seperti yang telah diketahui, akan lebih terdedah kepada pelbagai pindaan informal yang dicetuskan oleh dan melalui media elektronik, khususnya oleh pengaruh komunikasi serta aliran alam siber. Dalam erti kata sebenar, cara hidup baru itu nanti bakal merubah pemakaian tatabahasa Melayu.

Seharusnya, bibit-bibit budaya yang indah, yang halus, yang murni perlu dikekalkan tetapi berbudi bahasa dan mengamalkan nilai-nilai murni bermakna kita tidak minta dibuli atau dipijak. Perkara ini termasuklah asuhan Islam positif yang perlu dibudayakan terus-menerus. Khususnya dalam hal ini nilai-nilai yang dijalin dan disajikan melalui Islam Hadhari akan lebih diminati. Amalan Islam yang mengambil kira tamadun yang berevolusi, konsep dan amalan budi-bahasa, amalan tradisi Melayu seperti sopan-santun, kekeluargaan, hormat-menghormati dan sebagainya akan lebih membimbing. Pendeknya mesti diteruskan apa-apa yang selama ini dikenali sebagai “asuhan budi”. Barangkali falsafah “Rukunegara” yang membentuk masyarakat Dasar Ekonomi Baru (DEB) boleh disemarakkan semula. Kejuruteraan sosial (social engineering) tidak boleh dihentikan atau dicanai oleh pemikiran seseorang sahaja. Satu muafakat bangsa mesti diadakan. Mewujudkan Kementerian Kebudayaan Kesenian dan Warisan hanya sebahagian daripada usaha ke arah itu. Di samping Bangsa Malaysia hendak diwujudkan, soal adab dan tamadun tidak harus dikelasduakan. Bahasalah menjadi penjalin dan penjana bangsa.

Utiliti atau Sifat Perlu-guna Bahasa Melayu

Utiliti atau sifat perlu guna Bahasa Melayu adalah lumrah manusia iaitu jika sesuatu itu tidak berapa menepati tuntutan kegunaan atau utilitinya, perkara atau barang itu akan kurang disimpan, kurang dipakai dan kurang keperluannya. Dalam satu aspek Bahasa Melayu mungkin tergolong kepada keadaan ini jika bahasa ilmu terus menerus disalur oleh Bahasa Inggeris. Tetapi hakikat yang satu lagi ialah bahawa Bahasa Melayu masih diperlukan sebagai syarat lulus dan cukup syarat dalam peperiksaan dengan kelulusan dalam Bahasa Melayu(BM). Lagipun sebagai lingua franca negara ini Bahasa Melayu akan tetap digunakan sebagai wahana komunikasi. Sebagai bahasa ilmu Bahasa Melayu dikhuatiri tidak akan terlalu membangun kecuali dasar pembukuan negara diubah dengan erti kata semua teks ilmu moden dan usang diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu. Tetapi soalnya, sekalipun buku-buku aeronautik, kimia, kaji cuaca, kejuruteraan, elektronik dan lain-lain diterjemahkan, siapa akan baca lantaran buku-buku ini dengan mudah diperolehi dalam bahasa Inggeris, bahasa yang dipelajari di sekolah untuk menimba ilmu. Di sini sudah jelaslah kedudukan Bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu.

Sebaliknya pula jika anak-anak Melayu tidak berlumba-lumba pula untuk menguasai Bahasa Inggeris, mereka akan tercicir terus dalam usaha menimba ilmu semasa. Keadaan serba-salah ini sebenarnya tidak harus digusarkan. Hal ini adalah kerana jika zaman moden dunia hendak disertai oleh warga Malaysia melalui kebangkitan global, Bahasa Inggeris tidak dapat dinyahkan lagi. Perkara ini bererti sekian banyak istilah Bahasa Inggeris akan menerpa masuk kepada perbendaharaan kata Bahasa Melayu. Bahasa rojak akan berterusan dituturkan dan dilaungkan.

Mungkin dalam bahasa tulisan sedikit sagu hati akan diperolehi kerana nahu semasa akan terus digunakan. Sebagai perbandingan, Bahasa Arab juga menghadapi permasalahan yang sama. Mereka belum mampu menimba ilmu moden dengan bahasa ibunda mereka. Justeru saban tahun sekitar 20,000 mahasiswa dalam pelbagai jurusan sains mengaji di universiti dan institusi pengajian tinggi Barat yang bahasa pengantarnya ialah Inggeris.

Unsur-unsur dan Amalan yang Merosakkan Bahasa Melayu

Bahasa Melayu yang dituturkan pada hari ini, selain melalui ucapan, ialah bahasa yang ditulis dan dijadikan sebagai wahana komunikasi surat-menyurat. Sementara keadaan Bahasa Melayu lisan boleh dikatakan dalam keadaan kurang memuaskan berbanding Bahasa Melayu tulisan, beberapa sebab dapat diperhatikan:

a. Kurang latihan pertuturan yang baik yang melibatkan anak-anak sekolah, mahasiswa dan petugas awam.
b. Kurangnya asuhan melibatkan bahasa indah dan cara berfikir objektif dalam pembahasaan dan pertuturan.
c. Kurangnya asuhan bahasa baik, bahasa indah.
d. Kurangnya latihan atau mata pelajaran berkaitan karya-karya besar sastera bangsa sendiri.
e. Pembelajaran dalam bidang kesenian yang tidak disaring dan dikemas.
f. Kurangnya tenaga pengajar yang komited dengan pembudayaan bahasa atau pembahasaan sebagai satu bidang kajian atau mata pelajaran.

Sementara itu amalan-amalan di peringkat pimpinan, kepegawaian dan urusan-urusan rasmi juga dilihat orang sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi dan merumitkan penggunaan Bahasa Melayu yang baik. Jika bahasa mesyuarat juga bercampur-aduk dengan selingan bahasa rojak, bagaimana penggunaan bahasa baik dapat dicapai? Sementara itu akhbar Utusan Melayu berkeadaan mati segan hidup tak mahu lantaran orang Melayu sendiri bersikap dingin terhadap tulisan Jawi. Menurut pihak berkuasa di syarikat Utusan, akhbar yang pada satu masa dulu berfungsi sebagai pencetus nasionalisme Melayu kini sudah jadi edisi sekali seminggu. Itu pun dengan jualan yang kurang dari 7,000 naskhah seminggu. Hal ini amat memalukan. Jika dicari di mana hilangnya, jika dipintas di mana hanyutnya, puncanya ialah pembelajaran bangsa.

Akta Bahasa Kebangsaan 1963

Akta Bahasa Kebangsaan 1963 merupakan terjemahan cinta rakyat kepada Bahasa Kebangsaan yang meluap-luap sehingga mereka yang mulanya memperleceh Bahasa Kebangsaan akhirnya diam dan mula segan dan hormat terhadap bahasa ibunda Orang Melayu itu. Pada tahun 1963 Akta Bahasa Kebangsaan diluluskan Parlimen. Akta itu hanya sekadar mengisytiharkan peruntukan Perkara 152 perlembagaan Persekutuan. Akta ini tidak memperuntukkan sebarang provisi penalti terhadap sesiapa yang mencabul bahasa atau yang tidak mengamalkan penjiwaan bahasa, umpamanya. Malah jika terdapat penggunaan bahasa pada iklan papan tanda, Dewan Bahasa dan Pustaka, misalnya, tidak dapat berbuat apa-apa melainkan menasihatkan pihak yang berkenaan.

Apabila Singapura merdeka dari Persekutuan Malaysia pada 1965 Bahasa Melayu lantas dijadikan bahasa rasminya. Banyak pihak beranggapan bahawa Akta bahasa Kebangsaan 1963 adalah tulang belakang kepada maju atau mundurnya Bahasa Melayu. Pada satu hakikat ini mungkin benar tetapi pada pengertian khususnya Akta ini hanya bersifat deklatori, yakni menyatakan apa yang sudah jelas dan nyata daripada hal Bahasa Melayu itu. Sebaik-baiknya beberapa pindaan harus dilakukan dalam usaha memberi sedikit kuasa penguatkuasaan kepada satu-satunya agensi bahasa di negara ini, Dewan Bahasa dan Pustaka(DBP).

Penguatkuasaan yang dihajati benar ialah apabila disuai dengan penggunaan yang telah disalahgunakan, DBP tidak boleh berbuat apa-apa sedangkan di Perancis, misalnya, Biro Bahasa Perancis di bawah Kementerian Kebudayaan berkuasa membetulkan sesuatu penyelewengan Bahasa Perancis. Fenomena “pencapaian dan kecapaian” pada tahun 1996 seharusnya boleh diatasi dengan segera oleh DBP tetapi lantaran ketiadaan peranan yang jelas dari segi membetulkan bahasa yang disalahgunakan, anggota masyarakat bermaharajalela dengan pembahasaan salah. Kesalahan bahasa papan tanda juga sedemikian.

Perubahan Dasar

Benarkah ia melemahkan Bahasa Melayu? Pada suatu hakikat memang boleh diterima bahawa dasar 2002 yang mewajibkan bahasa Inggeris sebagai bahasa pengajaran matematik dan sains merubah satu lagi pancang seri yang selama ini menjadi kebiasaan dalam pengajaran kedua-dua mata pelajaran tersebut di Sekolah Kebangsaan.Tetapi realiti perkara ini memerlukan penilaian objektif dan bukan subjektif. Sebelum anjakan dasar ini dibuat dua tahun lalu, keciciran anak-anak Melayu dalam Bahasa Inggeris, Matematik dan Sains memang ketara sedangkan penguasaan sains dan matematik dalam kalangan bukan Melayu berada pada tahap baik. Hal ini adalah kerana pengajaran Bahasa Inggeris di SRJK lebih mantap dan berkesan sedangkan di Sekolah Rendah Kebangsaan adalah di sebaliknya. Pencapaian sains dan matematik di sekolah-sekolah berbahasa Mandarin, sebaliknya, terus meningkat. Perkara ini disebabkan kualiti pengajaran menyumbang kepada pencapaian anak-anak di SRJK.

Justeru sampai kini sekolah-sekolah ini enggan menggunakan Bahasa Inggeris sebagai bahasa pengajaran sains dan matematik. Tetapi pencapaian mereka dalam bidang-bidang berkenaan terus meningkat sekalipun pencapaian Bahasa Inggeris mereka cuma di peringkat sederhana.Apa akan berlaku jika amalan lama tidak dianjak? Pertama anak-anak Melayu akan terus berada pada tahap lama, mereka akan terus lemah pencapaian Bahasa Inggeris, sains dan matematik.

Sekurang-kurangnya Bahasa Inggeris mereka selepas ini akan bertambah baik lantas secara teorinya mereka akan lebih profisyen dan boleh menimba ilmu lain dengan lebih mudah. Tetapi ini bergantung kepada kualiti pengajaran bahasa itu kepada murid-murid. Hal ini bergantung kepada kualiti para guru itu sendiri. Jika kualiti pengajarannya melonjak maka pencapaian dalam kedua-dua subjek itu juga akan turut melonjak. Dalam hal ini pendekatan paling baik ialah mewujudkan kumpulan pengajar yang fasih dan berilmu tinggi.

Peranan Institut  Perguruan Bahasa tidak boleh dipandang ringan.Juga akan berlaku ialah Bahasa Melayu akan kekurangan peranan dalam pengajaran dua ilmu tersebut. Dari satu sudut ini kenampakan sebagai suatu kerugian tetapi dari segi sebenar jika diimbangi ia boleh menjadi rangsangan baru. Tetapi Bahasa Melayu tidak boleh dianggap bahawa lantaran Bahasa Inggeris dipilih untuk menyegarkan pengajian matematik dan sains maka BM akan terus lemah dan menghilang. Perkara ini merupakan sikap mengalah dan pesimis.

Rumusan TindakanTampak sebagai penting iaitu penggunaan Bahasa Melayu perlu dijana semula dan dikempenkan semula. Para pengucapnya mesti dalam keadaan sedar selalu supaya megah dan berasa senang berbahasa Melayu dengan baik. Sekolah, universiti, agensi-agensi Kerajaan, NGO dan kumpulan-kumpulan lain harus bersekutu dan bekerjasama memperjuangkan kembali perkara nasional yang amat penting ini.Banyak bidang yang boleh terus diperjuangkan: meningkat dan memperhebatkan Dasar Buku Nasional; menerbitkan buku-buku bermutu dunia dan serantau; meningkatkan kerjasama bahasa serantau; mengamalkan dasar cintakan bahasa sastera, sesungguhnya bermacam-macam projek bahasa boleh diteruskan. Dengan lain pengertian, pembudayaan bahasa perlu diusahakan terus-menerus.

Kesimpulan boleh dibuat pada peringkat ini, iaitu kita tidak harus terus berasa hilang tenaga dalam menghadapi cabaran global. Untuk menghalang Bahasa Melayu daripada diselangi perkataan dan nilai luar secara melulu tidak akan membawa kita ke mana-mana. Yang penting ialah kita mesti terus memupuk rumpun yang ada dan memperkayakannya dengan bimbingan, hala tuju dan apresiasi yang berterusan.

Asas pendidikan kita harus kuat. Pendekatan kita demi Bahasa Melayu zaman depan mesti bersandar kepada situasi menang. Untuk itu pembudayaan bahasa harus nyata. Di plaza tol lebuh raya kini terdapat bahasa tanda yang berbunyi, “Lorong Touch ‘n Go”.  Bahasa apa ini? Inilah dia bahasa rojak rasmi. Perkara inilah yang dikatakan pandai meniru tetapi tidak menuras. Hal ini juga kerja yang memalukan bangsa. Kenapa tidak dipakai saja istilah “Lorong pacu segera” atau “Lorong tekan & pacu” Sudahkah kita betul-betul menggeledah kamus bahasa ibunda sebelum sewenang-wenang menggunakan “touch ‘n go” Jika tiada azam perjuangan yang kental untuk menggunakan bahasa sendiri lantaran istilahnya cukup dalam bahasa sendiri, kita juga nanti akan dipanggil bangsa touch ‘n go. Tepuk dada, tanya selera.

Monday, March 7, 2011

                CABARAN BAHASA MELAYU DALAM ERA GLOBALISASI

Negara telah melangkah ke alaf baru hampir sebelas tahun lalu dan pada tahun 2020 Malaysia dijangka menjadi sebuah negara maju, meninggalkan tarafnya sebagai negara membangun. Perhitungan ini banyak disandarkan kepada pembangunan fizikal dan terlalu sedikit kepada asas-asas jiwa dan penjiwaan, kualiti hidup dan jati diri bangsa.

Kita, misalnya, sentiasa mengukur pencapaian mengikut KDNK, pertumbuhan ekonomi sebenar, ketinggian bangunan yang kita bina dan lain-lain pencapaian fizikal. Pada tahun 2020, iaitu sekitar 10 tahun dari kini tentunya serba-serbi berjalan pantas. Kehidupan masyarakat Malaysia, seperti yang diramal, akan dipenuhi pembaharuan demi pembaharuan. Teknologi informasi dan komunikasi pada masa itu akan secanggih mungkin. Cara hidup kita di Malaysia dan juga di merata dunia akan turut berubah.

Kita sedang diterap dan dicorakkan oleh nilai-nilai dan amalan dunia global dengan hebatnya. Segala macam ilmu pengetahuan akan lebih pantas diperolehi. Cara berfikir, cara bertindak dan cara hidup, semuanya akan berubah. Banyak penyakit yang tidak terubat pada masa ini mungkin beroleh penawar yang mujarab di zaman itu. Atau sebaliknya, masyarakat Malaysia, khususnya orang Melayu, akan lebih terdedah kepada unsur-unsur baru.

Unsur-unsur ini tidak semestinya membina jati diri atau yang membina bangsa yang dikehendaki kerana proses yang ada pada masa itu ialah yang sesuai dipanggil osmosis di mana proses nilai kuat lagi berpengaruh menyedut nilai lemah yang kurang berpengaruh. Salah satu yang bakal disedut melalui proses osmosis itu nanti ialah menerusi pencabulan bahasa, kebudayaan dan cara hidup yang mencorakkan sifat kemelayuan mereka. Pandangan yang cenderung ke arah fenomena ini mungkin akan dipertikai tetapi pada amatan kebanyakan pemerhati ianya pasti berlaku.

Seperti yang telah disaksikan kebelakangan ini, kesan kemajuan global telah banyak mengubah cara hidup lama. Satu-satunya yang baru ialah hidup dengan komputer dan internet. Orang kini mengirim berita pantas melalui e-mail dan sms – dua istilah yang sudah pun menjadi sebahagian perbendaharaan kata kita, dan sehubungan itu ramai yang berurus niaga melalui internet. Perkataan terbaru sering memasuki perbendaharaan kata kita, kadangkala tanpa perlu ditapis atau dihalusi terlebih dahulu. Istilah Infotenmen, misalnya, yang menimbulkan kontroversi dalam penggunaan istilah Bahasa Melayu juga merupakan satu istilah baru yang dipertikaikan walaupun Menteri Penerangan telah menghujahkan alasan-alasan penggunaannya di Parlimen, hiburan, berita dan maklumat, kebanyakannya disajikan oleh media sampai terus ke bilik tidur dengan nisbah yang lebih ketara daripada yang disajikan secara tempatan. Alat-alat canggih pengguna dipasarkan secara meluas lalu menggantikan peralatan lama. Bahasa Melayu dituturkan separuh Melayu separuh Inggeris, di kalangan sektor swasta pertuturan adalah lebih kurang 70% dalam bahasa Inggeris dan hanya 30% dalam Bahasa Melayu, itu pun adunan bahasanya dalam keadaan lintang-pukang seolah-olah sekerat ular sekerat belut. Dan secara ketara, pendidikan negara mulai disalut dengan kaedah-kaedah baru dengan perantaraan media baru iaitu bahasa Inggeris. Nisbah perkataan baru yang di ceduk dari Bahasa Inggeris lalu jadi sebahagian bahasa rojak kita. Dunia siber sudah bertapak dalam hidup kita. Bersediakah kita mempertahankan diri agar jati diri dan kesinambungan bina bangsa terjamin? Sebenarnya soalan ini tidak akan dapat dijawab secara tepat dan kalau dijawab pun ianya belum pasti akur kepada apa yang mungkin terjadi.

Jika diamati generasi muda Melayu di pusat-pusat bandar, akan tersua amalan asas mereka. Mereka leka dengan perkelilingan baru  seperti keluarga, hiburan, sukan, tempat kerja dan tumpuan-tumpuan hidup yang lain lantas dipengaruhi unsur-unsur global yang telah dipopularkan melalui media, dagangan antarabangsa dan hiburan muzik serta wayang gambar ’hollywood’ dan ’bollywood’. Mereka kian lama kian jauh dari apa yang dahulunya boleh dikesan sebagai belia Melayu. Sementara itu golongan Korporat Melayu cuba berlumba-lumba mendapatkan hak mereka dari “kuih” ekonomi yang ada, sekali pun tahap yang dicapai setakat ini masih di paras lebih kurang 18%. Jelaslah lebih kurang 12% lagi masih di awangan dan belum menepati janji serta aspirasi kita yang digurindamkan pada tahun 1971 dahulu.

Dalam perkelilingan beginilah masyarakat Malaysia hidup di negara ini. Dan dalam perkelilingan beginilah kita kembali memperkatakan nasib Bahasa Melayu (BM). Cuma kali ini ditambah sedikit dengan kaitannya dengan senario global. Sebenarnya memperkatakan tentang bahasa Melayu hakikatnya ialah kita memperkatakan satu-satunya aspek asas orang Melayu itu sendiri. Survival bahasa Melayu di peringkat yang maju dan beridentiti lantas juga mencerminkan bangsa Melayu khasnya dan bangsa Malaysia amnya. Cuma bangsa Malaysia adalah igauan politik yang hendak dicapai tetapi bangsa Melayu sudah ada dan nyata.

Kebelakangan ini sudah begitu banyak pihak memperkatakan tentang Bahasa Melayu. Tetapi boleh dikatakan kesemuanya membuat rungutan atau dengusan yang negatif tentang keadaan terumbang-ambing beberapa aspek Bahasa Melayu itu. Dari tahun 1999 hingga 2003 terdapat secara rambang sekitar 94 rencana utama termasuk kertas-kertas simposium dan konvensyen yang memperkatakan tentang Bahasa Melayu dari pelbagai sudut dan aspek. Tajuk-tajuk yang digemari ialah masalah bahasa rojak; keupayaan Bahasa Melayu dalam dunia moden, Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan bahasa ilmu, kemampuan Bahasa Melayu sebagai lingua franca di kepulauan Melayu, Bahasa Melayu dalam konteks pembudayaan bahasa persuratan, kelunturan Bahasa Melayu dan pelbagai lagi tajuk pokok yang kesemuanya menyentuh tentang pusaka perhubungan Melayu ini. Malangnya tiada satu pun antara rencana-rencana itu yang memuji atau memberi markah tinggi kepada usaha memperkasakan Bahasa Melayu. Sebenarnya usaha memperkasakan Bahasa Melayu semacam sudah dilupai, seolah-olah seperti bidalan terpijak pergi terlanda pulang. Boleh juga dikatakan bahawa ’piel’ atau sikap yang ada ialah sikap tangkap muat atau ’taking things for granted’ dalam kiasan Bahasa Inggerisnya.

Bahasa Melayu dalam era global adalah suatu tajuk yang sangat mencabar dan penuh permasalahan. Perkara ini berkait rapat dengan soal jati diri orang Melayu dan bangsa Malaysia amnya. Hal ini juga suatu masalah pembudayaan yang amat berat dan rumit. Tajuk ini walaupun pernah dibincangkan dalam beberapa polemik yang terdahulu lebih banyak menimbulkan masalah daripada jawapan. Hal ini adalah kerana Bahasa Melayu itu sendiri sedang menghadapi cabaran dan rintangan yang hebat di dalam negara sendiri. Bercakap pasal Bahasa Melayu pada era global semestinya memerlukan kita membincangkan terlebih dahulu beberapa isu bahasa secara domestik. Jika tidak, perbincangan kita semacam belum tegak sudah berlari.

Bahasa sebagai alat komunikasi antara manusia mempunyai berbagai-bagai fungsi. Antaranya  berfungsi mengungkapkan konsep, gambaran dan menjelmakan perbuatan. Selain itu, berfungsi menyampaikan kehendak mental dan juga berfungsi mengungkapkan perasaan, rasa hati dan gerak hati. Pendeknya sesuatu yang bermain-main dalam fikiran kita dapat kita ungkapkan melalui bahasa.

Dengan bunyi glottal atau vokal manusia melahirkan bunyi itu. Pengalaman begini memakan masa dan merentas zaman. Perkataan baru sebelum diterima pakai sebagai sebahagian bahasa sesuatu masyarakat itu mengalami ujian ‘penerimaan’ atau ‘penolakan’. Proses menerima atau menolak ini bergantung kepada sekuat mana jati diri bangsa penuturnya. Jika lemah maka lebih banyaklah kata-kata yang diimport sekalipun dalam himpunan kata-kata bangsa sudah sedia ada kata-kata sendiri.

Sesuatu yang bermain-main dalam fikiran secara umumnya disebut bayangan dan secara khususnya disebut sebagai citra dalam Bahasa Sanskrit  atau imej dalam alih Bahasa Inggeris. Citra atau imej muncul dalam bentuk simbol atau perkembangan. Misalnya apabila kita berfikir tentang kuda, kita menuturkan sebagai kuda atau menulisnya dalam istilah-kata "Kuda". Ertinya setelah membayangkan konsep "kuda" dalam fikiran, kita jelmakannya dalam bentuk lisan atau tulisan sebagai kuda.

Bahasa (kata istilah dan konsepnya) cukup penting dalam mengungkapkan tahap-tahap ilmu yang tertentu. Dalam hierarki mempelajari sesuatu ilmu, wujud empat tahap keilmuan. Ilmu yang terbawah ialah ilmu empirikal (misalnya - ilmu sains dengan berbagai-bagai cabang ilmunya), diikuti tahap yang paling tinggi iaitu ilmu rasional ( ilmu falsafah dan ilmu pemikiran kreatif), ilmu laduni (intuitive knowledge) iaitu ilmu terus daripada Allah dan ilmu tertinggi ialah ilmu makrifat yakni ilmu tentang Ilahi yang merupakan ilmu yang tertinggi dalam hierarki ilmu.Setiap tahap ilmu mempunyai kata, istilah dan konsepnya yang tersendiri. Misalnya bahasa yang di ungkapkan pada tahap ilmu empirikal adalah bahasa saintifik. Bahasa saintifik membawa pengertian bahasa yang logik yakni yang berfungsi dan bersifat tersendiri tetapi yang melibatkan erti tepat. Dalam konteks inilah sayang sekali konsep tepat pengertian dan tepat penghasilan tidak didalami sebelum kita mengaku kalah lalu Bahasa Melayu tidak mampu menjadi wahana sains dan matematik.

Isu-isu bahasa :

Pada amnya terdapat 7 isu pokok yang berkaitan Bahasa Melayu dalam konteks bina bangsa (nation building):
i.                     Masalah penjiwaan Bahasa Melayu
ii.                    Masalah bahasa rojak
iii.                   Masalah pemakaian dan keutamaan Bahasa Melayu
iv.                   Utiliti atau sifat perlu-guna Bahasa Melayu
v.                    Unsur-unsur dan amalan yang merosakkan Bahasa Melayu
vi.                   Akta Bahasa Kebangsaan 1963
vii.                  Perubahan dasar bahasa ilmu.

Penjiwaan bahasa

Bagi tempoh tahun-tahun 1960’an Isu Bahasa Melayu sebagai bahasa Kebangsaan menjadi perkara hangat dan isu yang membakar semangat perjuangan orang Melayu dan rakyat Malaysia. Bahasa Jiwa bangsa sesungguhnya sebahagian dari jiwa nasionalisme orang Melayu. Begitu penting dan utama Bahasa Melayu sehingga diterapkan dalam salah satu fasal dalam perlembagaan negara. Sementelahan pula istilah Melayu itu sendiri mengikut Perkara 160 Perlembagaan Negara mewajibkan seseorang itu berbahasa Melayu selain beragama Islam dan mengamalkan adat istiadat Melayu sebelum layak diiktiraf sebagai seorang Melayu. Kempen Bahasa Kebangsaan anjuran Dewan Bahasa dan Pustaka di bawah pimpinan Tuan Syed Nasir Ismail masih diingati sebagai yang terhebat dan berkesan.

Secara rambang keutuhan Bahasa Melayu tidak banyak dipertikaikan sehingga 1986. Bahasa Melayu itu sendiri mengalami edaran zaman dan evolusi. Sistem ejaan, kerjasama penyeragaman Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia, penulisan novel, cerpen dan penyemarakan bahasa menjadi amalan biasa sehingga apabila menjelang tahun 1985 penulisan novel, cerpen, sajak terus beroleh tempat di kalangan pembaca. Maktab Perguruan Bahasa Lembah Pantai semenjak 1959 hingga awal 1980’an terus menjadi kilang guru Bahasa Melayu yang berkesan dan disegani. Kini ianya cuma jadi sejarah. Penekanan kepada Bahasa Melayu dari sudut perguruan khusus sudah kurang mendapat perhatian.

Bila pengkhususan pengajaran bahasa berkeadaan sedemikian, maka hasil penjiwaannya juga turut berkurangan. Sastera Melayu, penulisan kreatif Melayu, bahasa Indah Melayu dan pada amnya pembudayaan Bahasa Melayu turut merana. Bila jiwa sudah lemah dalam sesuatu amalan, maka aspek praktisnya juga turut lemah. Lemahnya penjiwaan adalah terasas kepada tuntutan perkelilingan. Lemah penjiwaan ini hanya dapat diatasi dan diperkukuh semula jika hala tuju jiwa bangsa tadi bersedia memungut yang cicir, mencari yang hilang. Jika polemik hanya tertumpu kepada hujah yang secara asasnya tidak yakin kepada bahasa ibunda sendiri sebagai bahasa ilmu tentulah ubat yang dicari tidak akan menyembuhkan penyakit. Penyakit lama akan hinggap kembali. Kini orang Melayu tak pandai sangat berkata halus lagi. Antara “Hi” dan “Hello” dan “showtime” pepatah-petitih sudah dilupai. “Apa khabar” juga sudah dipulas oleh  bahasa asing. Perumpamaan Melayu semacam menjadi pusaka murah. Buku Kiliran Budi dan Ilmu Mengarang Melayu karya Pendeta Za’ba sudah disaluti habuk kerana tidak dirujuk lagi. Kita menerpa dan melompat ke hadapan tanpa menyusun langkah. Di sinilah barangkali tepat dikatakan: “koyak baju kerana lenggang; pesuk songkok kerana lonjak”. Kerosakan ini semua adalah akibat badan yang buruk pinta. Rangkap lama mengingatkan kita:

Jangan disalai ciku kedondong,
Salailah ikan atas para,
Jangan salahkan ibu mengandung,
Salahkan badan yang buruk pinta.

Masalah Bahasa Rojak

Kini kita sudah diserang penyakit campur-aduk seperti yang disebutkan di atas. Penyakit campur-aduk inilah yang menyebabkan berkembangnya bahasa rojak. Bahasa rojak wujud dalam sesuatu ayat yang diselang-selikan dengan bahasa asing sehingga campurannya itu semacam hidangan rojak. Hanya yang berbeza ialah rojak lebih sedap dimakan tetapi bahasa rojak menyebabkan kita sakit telinga mendengarnya dan paling parah, bangsa Melayu malu dipalunya.

Awal-awal lagi boleh diperakukan, mencedok perkataan asing untuk dimuatkan ke dalam sesuatu ayat Bahasa Melayu memang tidak dihalang, malah memang benar seperti kata-kata Pendeta Za’ba dalam buku klasiknya Ilmu Mengarang Melayu bahawa dalam Bahasa Melayu sedia terdapat sekian banyak perkataan yang asalnya adalah dari pelbagai punca: Sanskrit, Inggeris, Portugis, Belanda, Parsi, Arab, Cina dan sebagainya. Tidak perlu bagi saya menyatakan perkataan-perkataan itu kerana umum sudah pun mengetahuinya.
Paling mudah bagi kita mendengar melalui radio atau TV sekarang ungkapan-ungkapan seperti “e-mail”, “sms” “internet”, “software”, “hardware”, “ISDN”, “html”, “computer” “website” dan sebagainya. Sekarang pun kita secara harian mendengar dialog seperti berikut:

“Hei, hari ini birthday I lah”
“Dalam hal ini you yang paling best”
“How are you today...harap OK lah”
“You dah breakfast kah”
“Hei, kawan-kawan, it’s showtime”
“Inilah showtime yang ori…”

Ungkapan-ungkapan dalam dialog ini dipetik dari siaran radio dan TV kita. Di kaki lima dan di kedai kopi dialog generasi muda begitu juga. Warga emas juga diheret sama. Jelas tiada pengawasan oleh pihak-pihak tertentu sehingga berterusan wujudnya bahasa rojak dalam kehidupan kita sehari-hari. Di samping pengawasan terhadap media barangkali boleh dilakukan, tetapi  sukar dikuatkuasakan terhadap individu yang sudah memilih tatabahasa yang baru untuk bercakap antara seorang dengan seorang yang lain. Jika diamati, contoh-contoh ini boleh dituruti oleh ratusan contoh lain yang rata-rata membuktikan bahawa bahasa lisan kita sudah rosak keunggulannya. Sebaliknya bahasa Inggeris, Mandarin dan Tamil tidak tertarik dengan amalan campur-aduk ini ke tahap yang dialami Bahasa Melayu. Yang merunsingkan ialah kepekaan dan rasa prihatin masih belum tertera dalam pemikiran yang bertanggung jawab dalam bidang penggunaan bahasa.

Ada beberapa petua sebelum masyarakat harus membenarkan bahasanya dirasuk bahasa rojak yang tidak indah dan tidak mencerminkan jati diri. Pihak yang mengatakan bahawa apa salahnya diambil perkataan asing, sedangkan perkataan-perkataan asing sudah pun dipinjam semenjak beratus-ratus tahun dahulu lagi. Hal ini memang boleh diterima tetapi peminjaman itu berasas kepada beberapa syarat dan ketertiban demi menjaga keutuhan Bahasa Melayu:i. Istilah atau perkataan baru itu bolehlah diambil jika tiada perkataan yang sama maksudnya dalam Bahasa Melayu; Jika dalam bahasa sendiri ada perkataan yang sesuai, kenapa kita perlu tiru hak orang? Dalam pengertian ini, misalnya kita tak perlu ambil birthday sedangkan hari jadi atau hari kelahiran ada dalam bahasa Melayu. Showtime boleh diganti dengan masa persembahan atau saat persembahan; ori dengan asli. Peniruan atau pengambilan kata perbendaharaan orang lain harus menambah ilmu dan jati diri kepada masyarakat. Pihak pengembang dan pemaju bahasa ibunda harus bertindak dan membetulkan sesuatu ungkapan atau perkataan yang dirasakan menceroboh bahasa sendiri. Malangnya kuasa membetulkan ini tiada pada sesiapa atau mana-mana pihak pada masa ini.

Manakala siaran pantas dari satelit atau multimedia yang lain bertambah pesat, seperti yang laksanakan Astro pada masa ini, kita dapat bayangkan betapa besar dan dahsyatnya kemungkinan pencabulan berlaku di bidang-bidang lain kehidupan kita. Secara amnya kita terdedah dan terlalu terbuka kepada anasir-anasir luar. Mekanisme penahanan atau mengehadkan penerapan luaran ini tidak cukup ada pada kita sekalipun agama itu tampaknya patut lebih berkesan sebagai penangkis.Apabila bahasa berubah dan diubah soalan yang muncul ialah: siapa yang ubah dan kenapa? Jawabnya tentu terletak pada hakikat bahawa perkaa ini diubah sedemikian cara kerana penuturnya berasa bahasa ibundanya tidak lagi cukup untuk melahirkan maksudnya sehingga terpaksa menggunakan perkataan-perkataan asing. Sebaliknya mereka mungkin beranggapan bahawa imej yang mereka perolehi dengan menyelitkan perkataan Inggeris di celah-celah ayat Bahasa Melayu akan meninggikan imej mereka walaupun ini tentunya berupa pendekatan bersifat makjujad (hypocrite); atau dengan bahasa Melayu rojak mereka berasa boleh mencapai kepuasan berkomunikasi; atau, dan ini penting, mungkin asuhan Bahasa Melayu mereka di sekolah tidak sampai ke tahap mantap. Juga terdapat di beberapa kalangan, termasuk pemimpin yang tidak berpendidikan aliran Inggeris, lantaran mereka rata-rata dianggap tidak mempunyai kelulusan akademik yang tinggi, mereka cuba menyelitkan sepatah dua perkataan Inggeris dalam perbualan dengan tujuan supaya orang menganggapnya boleh 'speaking' atau ‘tinggi’ tahap pendidikannya.

Walaupun gejala ini barangkali kecil bilangannya, boleh diperakukan bahawa perkara ini wujud nyata dalam kalangan masyarakat kita. Sebenarnya ungkapan sekerat belut-sekerat ular tadi:

“Hei, hari ini birthday I lah” boleh dituturkan sebagai “Hei, hari ini hari jadi saya (aku)lah”. Semua ungkapan di atas tadi boleh belaka dituturkan secara Melayu 100%. Tetapi kenapa tidak dilakukan sebegitu?  Hal ini semua adalah petanda yang bakal membawa kepada kelunturan. Perkara ini bukan sekadar ramalan seorang idealis atau yang semata-mata bersifat tulen tak menentu, tetapi pandangan ini bertapak pada alam nyata:

Sekilat ikan di air, sudah tahu jantan betina.
Kilat beliung ke kaki, kilat cermin ke muka.

Jika demikian cara dan kaedah yang paling berkemungkinan untuk menangani bahasa rojak yang memuramkan imej bahasa kita ialah dengan menjayakan program-program latihan lisan yang membina amalan komunikasi dan  harus dijalankan di semua institusi persekolahan dan pengajian tinggi.

Personaliti media utama, pemimpin, institusi kawalan kerajaan harus mengutamakan percakapan bahasa Melayu yang betul. Gejala bahasa rojak tidak akan hapus kerana pembudayaan bahasa ibunda belum wujud sepenuhnya di negara ini. Jati diri tidak dikaitkan dengan pentingnya bahasa ibunda dipersadakan.

BERSAMBUNG ....